Rabu, 05 Februari 2014

Kreatifitas Daur Ulang SMAK Hikmah Mandala

          Beberapa minggu yang lalu beberapa siswa-siswi SMAK Hikmah Mandala mulai membuat prakarya daur ulang khusus untuk program Adiwiyata. Sangat menarik kegiatan siswa-siswi dalam pembuatan prakarya daur ulang ini. Banyak sampah anorganik seperti botol air minum mineral digunakan untuk membuat berbagai macam cindera mata yang unik.
          Inilah beberapa foto hasil dari prakarya daur ulang oleh siswa-siswi SMAK Hikmah Mandala.

Beberapa hasil daur ulang dari botol bekas.




Kostum maskot Jenderal Green dari label air minum dan beberapa bahan bekas lainnya.


Pose: Maskot Green SMAK Hikmah Mandala dengan Romo Catur, kepala sekolah SMAK Hikmah Mandala

Selasa, 04 Februari 2014

Persiapan Adiwiyata

Inilah contoh gambar dari pengelolahan sampah daun untuk di jadikan pupuk kompos dari tim composer SMAK Hikmah Mandala.




Proyek pembuatan kolam lele dengan pemanfaatan air dai aliran sungai

Pembuatan hutan sekolah untuk lahan resapan air dan penghijauan sekolah

Mading yang bertemakan lingkungan hidup mulai di pasang


Sejarah SMAK Hikmah Mandala

SEJARAH SINGKAT

SMA KATOLIK HIKMAH MANDALA BANYUWANGI


KEPRIHATINAN BIARAWAN
            Berawal dari keprihatinan seorang Romo akan kurangnya lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan menengah tingkat atas di Banyuwangi, munculah gagasan mendirikan sebuah SMA. Gagasan yang muncul pada awal tahun 1961 ini,rasanya cukup relevan untuk segera direalisasikan. PastorAthanasius Subonokamdi,Pr sang pencetus gagasan berusaha mencari tenaga yang diperkirakan dapat mendukung mewujudkannya. Dua nama muncul,yang nanti akan bertindak sebagai panitia pendiri sekolah. Nama pertama adalah Jus Sanakeo. Tokoh ini selanjutnya bertindak sebagai Ketua Panitia Pendiri Sekolah sedang untuk mewakili Direktur, muncul nama Nyoo Giok Hoo, yang untuk selanjutnya berganti namaNursamsu.  Mereka bertigalah yang berkutat memenuhi segala persyaratan pendirian sebuah sekolah baru. Tentu harus dicatat bahwa modal awal pendirian sekolah ini hanyalah niat baik dan semangat saja. Gedung,tenaga kependidikan maupun non kependidikan ,sarana,maupun administrasi masih harus diusahakan.
            Sambil mengurus segala sesuatu,ternyata pada tahun Ajaran 1961/1962,sekolah telah mulai beroperasi. Surat permohonan pengesahan dilayangkan,baik ke pihak Gereja maupun kepada pihak Pemerintah. Dan yang terbit lebih dulu adalah surat pengesahan dari Pihak Gereja. Surat pertama ini diterbitkan oleh Kantor Wali Gereja Indonesia,ditandatangani oleh AM. Pronokusumo selaku sekertaris bagian pengajaran,dan bernomor BM/1606/61/SMA dengan bertanggal 23 Desember 1961. Dengan terbitnya surat ini,maka sekolah yang telah berjalan selama lima bulan telah diakui sah sebagai sekolah Katolik dan sebulan kemudian ,tepatnya pada pertengahan bulan Januari 1962, surat yang ditunggu akhirnya terbit juga. Surat yang menentramkan hati ini ditandatangani pelh Mr.M Hoetahoeroek selaku kepala urusan pendidikan SMA bertanggal 8 Januari 1962 SMA Katolik Hikmah Mandala mendapat nomor pengakuan 212/514. Dan telah sahlah SMA Katolik Hikmah Mandala Banyuwangi.
            Tepatnya pada tanggal 1 Agustus 1961 SMAK Hikmah Mandala didirikan di kota Banyuwangi. Oleh pendirinya ,yaitu Almarhum Rm. Anthanasius Soebonokamdi Pr,sekolah ini diberi nama “Hikmah Mandala” yang berarti “Tempat Kebijaksanaan”. Maka diharapkan bahwa anak-anak yang dididik di sekolah ini akan memperoleh bekal kebijaksanaan hidup. Bukan hanya ilmu,tetapi juga hal-hal yang sungguh berarti bagi hidupnya. Semoga cita-cita ini terwujud…Amin. 

 LAMBAT TETAPI PASTI
            Pada awal berdirinya sekolah ini membuka dua jurusan yakni jurusan B dan jurusan C, untuk jurusan B tercatat sebagai siswa pertama sejumlah 30 siswa,sedang untuk jurusan C sedikit lebih banyak,yakni 38 siswa. Sebagai sekolah baru perkembangan jumlah siswa memang agak lambat. Tetapi jumlah siswa walaupun lambat tetap merambat naik jumlah sekitar 200-300 siswa. Stabil sampai awal tahun tujuhpuluhan jumlah siswa bertambah. Bahkan pada waktu Pemerintah membuat kebijakan dengan membuka sekolah-sekolah barupun,SMA Katolik Hikmah Mandala Banyuwangi tidak mengalami peyusutan jumlah siswa. Demikian pula pada waktu bermunculan sekolah swasta lain dengan tawaran fasilitas yang baik maupun tawran menarik lainnya masyraka tetap mempercayai sekolah ini,dengan mempercayakan putra-putrinya didik di sini.
            Mengenai sarana dan prasarana pendidikan,pertama-tama sangat berterima kasih kepada pengurus PT Jasa. Badan Usaha ini dengan penuh pengertian ,telah meminjamkan gedungnya untuk kegiatan belajar mengajar selama tiga tahun menumpang,akhirnya sampai akhirnya memiliki gedung sendiri. Unit demi unit dibangun sampai akhirnya memiliki tempat yang lebih memada. Sekolah ttap bertekad untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan jaman dengan selalu mengusahakan kelengkapannnya. Sekolah mengundang donatur untuk membantu menyempurnakan sarana pendidikan ini.
            Dengan tujuh orang tenaga pendidik di awal berdirinya sekolah ini telah berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi karena jumlah kelas awalnya hanya dua buah. Tetapi jumlah ini pasti tidak akan dapat mencukupi jumlah kelasnya makin membesar maka kekurangan tenaga pengajar diupayakan pinjam ke sekolah lain. Sekolah mengusahakan tenaga pengajar tetap dapat terus berkarya dan memiliki setatus tenaga tetap. 

 KEPALA SEKOLAH
    Sekolah ini telah mengalami empat  kali pergantian Kepala Sekolah. Pastor Athanasius Subonokamdi,Pr yang berinisiatif mendirikan sekolah ini,bertindak sekaligus sebagai kepala sekolah yang pertama. Sang perintis ini berkarya selama lebih kurang sepuluh tahun. Gaya kepemimpinan Pastor ini sangat disiplin,tatapi penuh kekeluargaan. Banyak gagasan yang muncul demi kemajuan sekolah.
            Awal Tahun 1970 tongkat kepemimpinan diserahkan kepada Bapak Leo Agung Trenggono. Beliau adalah tipe pimpinan yang pendiam,dengan ketekunan kerja yang luar biasa. Pada masa inilah jumlah siswa SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi berkembang dengan pesatnya. Banyak prestasi yang diraih dalam bidang akademik maupun oleh raga. Beliau bertugas di SMAK ini kurang lebih 20 tahun. Pada tahun ajaran 1990/1991 beliau dipindahkan untuk memimpin SMAK Mgr. Sugiyopranata Pasuruan. Dan penggantinya ,oleh Yayasan Karmel Malang yang menaungi sekolah ini telah ditempatkan Bapak Ignasius Harsaya Hadi. Yang bersangkutan rupanya ingin meneruskan apa yang telah dicapai pada masa-masa sebelumnya. Beliau pensiun pada tahun 2006 dan digantikan oleh seorang Pastor yang bernama Rm. Tiburtius Catur Wibawa, Pr ,S Pd. Pada kepemimpinan Kepala sekolah yang baru ini telah berhasil membangun gedung sekolah menjadi lebih megah. Fasilitas sarana prasarana yang dimiliki sekolah semakin lengkap dan modern untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar demi mencapai segudang prestasi dan cita-cita yang luhur bersama.

(Sumber: Buku Kenangan 30 Tahun SMAK Hikmah Mandala)

Senin, 03 Februari 2014

Adiwiyata SMA Katolik Hikmah Mandala



          Kali ini beberapa sekolah di Banyuwangi diberi kesempatan untuk mengikuti program Adiwiyata, salah satunya SMAK Hikmah Mandala. Sebenarnya apa sih tujuan Adiwiyata itu? Adiwiyata adalah tempat yang lebih baik dan ideal dengan segala ilmu pengetahuan, norma serta estetika yang menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan cita-cita pembangunan berkelanjutan, sedangkan tujuan Adiwiyata itu sendiri adalah untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan program Adiwiyata ini warga SMAK Hikmah Mandala kembali berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup berawal dari lingkungan sekolah.
          Keunggulan SMAK Hikmah Mandala dalam program Adiwiyata yaitu pengolahan sampah dan pemanfaatan air yang baik. Untuk pengelolaan sampah, SMAK Hikmah Mandala telah mempersiapkan pemilahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik dikelola untuk dijadikan pupuk kompos dan digunakan untuk tanaman di sekolah, sedangkan untuk sampah anorganik dimanfaatkan oleh siswa menjadi berbagai kerajinan yang bernilai seni dan ekonomis. SMAK Hikmah Mandala juga menjalin kerjasama dengan Bank Sampah sehingga sampah-sampah anorganik memiliki nilai ekonomis. Warga SMAK Hikmah Mandala juga berkomitmen untuk mengurangi volume sampah yang dibuang setiap harinya dengan cara 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segal sesuatu yang mengakibatkan sampah. Sedangkan Recycle berarti mengolah kembali atau mendaur ulang sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
          Untuk program pemanfaatan air, SMAK Hikmah Mandala memanfaatkan air sungai untuk mengairi kolam produktif di sekolah. Di beberapa titik juga telah dibuat biopori atau resapan air dalam jumlah banyak agar air hujan terserap dalam tanah. Tidak hanya itu, SMAK Hikmah Mandala juga mempertahankan ruang hijau terbuka sebagai tempat resapan air hujan secara alami. Warga SMAK Hikmah Mandala berkomitmen pula untuk menghemat air dalam pengelolaan air yang baik.
          Itulah sekilas tetantang program Adiwiyata SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi. Semoga apa yang dilaksanakan untuk kesuksesan program Adiwiyata ini dapat membawa hasil yang baik pula. Amin! Mari kita sukseskan untuk lingkungan hidup kita!


ADIWIYATA


Program Adiwiyata adalah program pengelolaan lingkungan hidup di sekolah. Program ini merupakan tindak lanjut dari Kesepakatan Bersama antara Menteri Negtara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Kep. 07/MENLH/06/2005 dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan Hidup.
Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna: tempat yang baik dan ideal tempat diperolehnya segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komperensif.

Indikator dan Kriteria 


A. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan


Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.
Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara lain:
1. Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
2. Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
3. Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan
non-kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.
4. Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.
5. Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan s e k o l a h yang bersih dan sehat.
6. Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup.

B. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari (isu local).
Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan antara lain:
1. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
2. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.
3. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
4. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.

C. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan tersebutantara lain:
1. Menciptakan kegiatan ekstra kurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis patisipatif di sekolah.
2. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.
3. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.

D. Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup, antara lain meliputi:
1. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.
2. Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah.
3. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dan ATK).
4. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
5. Pengembangan sistem pengelolaan sampah.

Penghargaan Adiwiyata 
Pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan diberikan pada tahapan pemberdayaan (selama kurun waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih dari 3 tahun).
Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Sekolah Adiwiyata adalah, sekolah yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup.
2. Calon Sekolah Adiwiyata adalah. Sekolah yang dinilai telah berhasil dalam Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Pada tahun 2007 kuesioner yang diterima oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dari seluruh Indonesia sebanyak 146 sekolah yang berasal dari 17 propinsi. Setelah melalui tahaptahap seleksi penilaian, maka ditetapkanlah 30 sekolah sebagai calon model sekolah Adiwiyata tahun 2007. Sedangkan 10 sekolah yang telah terseleksi sebelumnya di tahun 2006 (meliputi ruang lingkup Pulau Jawa) ditetapkan sebagai sekolah penerima penghargaan Adiwiyata sesuai dengan kategori pencapaiannya.

Tata Cara Pengusulan Calon Penerima
Setiap Sekolah dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah sebagai calon Sekolah Adiwiyata sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Pengajuan calon sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan mengisi kuesioner dan menyertai lampiran yang diperlukan sesuai dengan formulir yang telah disediakan oleh Kantor Negara Lingkungan Hidup.
Calon sekolah Adiwiyata dan sekolah Adiwiyata akan diteliti lebih lanjut oleh Dewan Pertimbangan Adiwiyata. Penerima penghargaan calon dan sekolah Adiwiyata ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Mekanisme Penilaian Program Adiwiyata 

Pada dasarnya peluang mengikuti program Adiwiyata terbuka bagi seluruh sekolah di tanah air Indonesia. Mengingat keterbatasan yang ada dan kepentingan dari semua pihak terkait, maka dalam proses seleksi dan peni laian, Kementerian Negara Lingkungan Hidup dibantu oleh berbagai pihak, antara lain: Pemerintah Daerah setempat (dalam hal ini dikoordinir oleh BPLHD/Bapedalda Propinsi), bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Akademisi dan pihak swasta lainnya.
Tim Penilai Adiwiyata pun terdiri dari berbagai pemangku kepentingan yaitu: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pendidikan Nasional, LSM yang bergerak di bidang lingkungan, Jaringan Pendidikan Lingkungan, Perguruan Tinggi, Swasta dll. Sedangkan Dewan Pengesahan Adiwiyata terdiri dari Pakar Lingkungan, Pakar Pendidikan Lingkungan, wakil dari Perguruan Tinggi dlsbnya.6